Minggu, 29 Juni 2014

pemikiran kejawen



HUBUNGAN ANTARA PRIBADI DAN MASYARAKAT :
KESINAMBUNGAN DALAM PERUBAHAN

            Masihkah kebijakan kejawen berlaku pada pengalaman hidup yang berlangsung sekarang? Pemikiran kejawen bila diidentifikasi berdasar orientasi kognitif, akan berubah secara lambat dan terus menerangkan masa kini untuk waktu yang panjang. Hal ini merupakan beban kultural yang membentuk penafsiran dan rasionalisasi dari pengalaman lama dan baru. Orientasi kognitif itu mencerminkan dunia orang tua, yakni gagasan yang menerangkan tatanan hubungan sosial, etika, gaya, dan akal sehat. Gagasan ini tampak berbeda dengan perubahan yang terjadi sekarang dalam hal pengalaman dan gaya. Tetapi apakah perubahan-perubahan ini juga menghasilkan perubahan-perubahan mendasar dalam hal hubungan antara pribadi dan masyarakat?
Gagasan inti dari pemikiran kejawen
            Gagasan inti yang menerangkan tentang hubungan antara manusia, dunia, dan kosmos ialah gagasan mengenai kesatuan eksistensi. Kesatuan itu dipahami sebagai suatu keseluruhan yang terkoordinasi yang tunduk pada hukum kosmis yang tak terelakkan. Tatanan ini mengarah ke gagasan bahwa orang harus menerima dan menghormatinya. Hidup dengan orang lain mengarah ke suatu tuntutan penuh atas penampilan keluar seseorang karena penampilan itu membantu memperkuat kesempatan seseorang untuk menempuh kehidupan yang tenang. Akan tetapi, tak jarang terdapat seseorang yang kehidupannya tertutup dan menghindari hubungan dengan orang lain.
            Sebagai orang Jawa yang baik, kita harus rajin dalam hidup bersosial, karena pada hakikatnya manusia hidup itu membutuhkan orang lain. Orang yang tidak menutup diri dalam kehidupan sosialnya, akan mudah mendapatkan bantuan dari orang lain di saat membutuhkan. Demikian sebaliknya orang yang selalu menutup diri dalam masyarakat.

Perubahan
            Saat ini, tatanan masyarakat telah berubah dari tatanan patrimonial yang berpusatkan pada kedudukan orang, menjadi tatanan kelembagaan yang renggang yang tak lagi bisa dipahami dalam batas pandangan-pandangan dunia orang tua. Kekuasaan telah menggantikan status dan orang mulai meragukan rasa malu (isin) yang dipertentangkan dengan relevansi rasa takut dan sungkan.
            Kita sebagai generasi muda, hendaknya tetap menjaga keselarasan tatanan yang tetap berasaskan moral dan tetap menjaga solidaritas. Memahami makna budaya malu dan sungkan terhadap orang lain harus tetap kita pertahankan karena hal tersebut merupakan ciri khas orang Jawa.
Penilaian pribadi mengenai pengalaman
            Penilaian yang sering menjadi bahan pembicaraan pasti selalu mengenai perbuatan dan keadaan yang dinyatakan dengan dengan kata slamet-tentrem. Penting bagi setiap orang untuk menjadi terpandang, kecukupan ekonomi, dan tidak menjadi bahan pembicaraan orang banyak karena hal itu menjadikan seseorang kerasan dengan dirinya.orang menghindari perselisihan untuk mendapatkan hidup yang damai karena suatu ketenangan merupakan idaman dalam hidup sosial.
            Kita membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita agar kita merasa terlindungi. Tapi kita jangan sampai terlalu tergantung pada mereka. Kita harus mengurus diri kita sendiri, untuk berkecukupan, dan untuk berdiri di atas kaki kita sendiri.
Pribadi dan masyarakat dalam perspektif yang lebih luas
            Dipandang dari sudut kognitif, individualitas seseorang bukan merupakan sebagian masyarakat, melainkan satu kesatuan yang berdiri berdampingan. Artinya, kehidupan pribadi seseorang merupakan urusan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan masyarakat. Mereka yang menikmati posisi yang secara ekonomis menyenangkan, cenderung untuk menyesuaikan diri dengan kekuasaan dan status yang baru diperolehnya. Dengan melupakan asal-usul mereka yang rendah, mereka cenderung bersikap acuh terhadap orang miskin. Kebanyakan orang pemisahan pribadi dari kehidupan sosialnya tak lagi berdasarkan kebijaksaaan kejawen, tapi oleh kemiskinan, oportunisme, ketakutan, dan sikap masa bodoh.
            Apabila kepemimpinan di negara kita seperti itu, apa jadinya bangsa Indonesia ke depan?? Apakah kita harus selalu tunduk dengan penjajahan secara halus oleh para penggede ? Sebagai generasi muda yang berilmu dan berakhlak, kita harus mampu menghapus arogansi seperti sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar