KESENIAN
KETHOPRAK DI KABUPATEN PATI
Oleh
:
Silvia
Oti Nugraheni
2601411004
Rombel
01
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas akhir semester mata kuliah Budaya Jawa yang berjudul “Kesenian Ketoprak
di Kabupaten Pati”.
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan berikutnya. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Semarang,
Desember 2011
Penulis
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kethoprak
komersial atau profesional dari Jawa yang usianya belum begitu tua, pada zaman
sekarang perkembangannya kembang kempis ibarat hidup tak mau mati tak hendak.
Membicarakan Ketoprak bukan berarti membicarakan
masa lalu. Ketoprak yang pada awalnya adalah suatu tradisi masyarakat agraris,
sedikit demi sedikit berubah menjadi sebuah pertunjukan profesional yang
seharusnya diperhitungkan. Ia berjalan, mengalir dari zaman ke zaman. Dan tentu
saja pertentangan antara tradisi dan kontemporer menjadi tidak penting, karena
tantangan yang dihadapi terus bergulir.
Saat ini, seakan-akan kethoprak sudah jarang
diminati karena adanya perubahan zaman, dan semakin banyak yang berpikir bahwa
ketoprak itu kuno. Dari segi sosiologi, masyarakat sekarang ini sedang dalam
keadaan anomi, yaitu keadaan
kebingungan. Mau mengacu pada nilai-nilai lama khawatir dianggap ketinggalan
zaman, mau mengacu ke masa depan tapi belum sampai.
B. Rumusan
Masalah
a. Darimana
asal kethoprak ?
b. Apa
tujuan adanya pertunjukan kethoprak ?
c. Bagaimana
perjalanan dunia kethoprak ?
d. Berapa
pemain dan apa saja peralatan dalam pertunjukan kethoprak ?
C. Tujuan
a. Mengetahui
asal kethoprak.
b. Mengetahui
tujuan adanya pertunjukan kethoprak.
c. Memahami
perjalanan dunia kethoprak.
d. Mengetahui
jumlah pemain dalam kethoprak beserta peralatan dalam pertunjukan.
ISI
Asal
kesenian kethoprak
Salah satu
daerah di Jawa Tengah yang dikenal sebagai gudangnya kesenian kethoprak adalah
kabupaten Pati. Sebelumnya ada yang dari Solo, Jogja, akan tetapi
sekarang sudah punah. Generasi peneruspun hampir tidak ada. Pati itu termasuk
“babone” seni. Seperti halnya kota Rembang, yang disitu terdapat banyak seniman
hebat, tetapi tidak sehebat seniman Pati, itulah yang membuat heran. Kota
Rembang, Purwodadi, Jepara, Jogja termasuk juga Solo, dalam bidang kesenian
mereka bernaung di organisasi milik daerah Pati. Beberapa grup kethoprak yang
ada di Pati antara lain Siswo Budoyo, Cahyo Mudo, Bela Bharata, Konyik CS,
Mogol CS, dan lain sebagainya. Sebagai seorang seniman kethoprak, untuk mengetahui
kebenaran cerita dalam kethoprak, maka ia harus melakukan turne (terjun ke dunia nyata untuk membuktikan kebenaran cerita
yang sering diwara-warakan di speaker). Contohnya, cerita Penthol Godhi lan
Janurwenda Mbleber.
Tujuan
adanya Pertunjukan Kethoprak
Adanya pertunjukan ketoprak ini merupakan salah satu
usaha para seniman untuk turut melestarikan atau nguri-nguri kebudayaan asli Jawa. Mereka berusaha agar budaya tersebut tidak punah termakan zaman. Tetapi
dalam hal ini mereka juga butuh semangat
generasi muda yang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk melestarikannya.
Perjalanan
Dunia Kethoprak
Dalam perjalanannya, kethoprak itu tidak ada yang
lembaga khusus yang menjadi penanggung jawab. Kethoprak berjalan sendiri.
Mengapa harus seperti itu? Padahal pada kesenian lainnya terdapat lembaga yang
bertanggung jawab dan mendanai, contohnya pedalangan, sindenan, karawitan dan
lain-lain. Perkembangan seni pertunjukan itu dilihat dari siapa yang menjadi
penyandang dana produksinya. Adapun juragan kethoprak, tetapi dia hanya
berpikir “kethoprakku laris, untungku banyak”.
Tidak berpikir tentang hal apa yang bisa dilakukan untuk melestarikan
kebudayaan Jawa. Menurut penuturan Darsuki, salah satu pemain kethoprak di
kabupaten Pati “ Terus terang saya merasa bingung, mengapa tidak ada lembaga yang
berkanan sebagai penanggung jawab kethoprak? Pernah saya datang ke Pemda,
membicarakan tentang hal itu. Saya pikir, setelah saya menceritakannya, akan
ada gerakan hati mereka untuk memperhatikan nasib kethoprak, turut melestarikan kesenian kethoprak ini
dengan memberikan naungan dan tanggung jawab. Akan tetapi nihil, tidak ada
respon dari mereka.”
Perkembangan kethoprak itu tergantung tanggapan. Sebagai patokannya, pada
bulan Sura, Sapar, Maulud itu tidak ada tanggapan
karena tidak mungkin di bulan-bulan itu ada orang yang punya hajatan (duwe gawe). Bulan Maulud itu bulan sela atau jeda. Pada bulan Apit
tanggapan mulai ramai kembali karena pada bulan itu banyak acara sedekah bumi dan sedekah laut. Terlebih bulan Apit tahun 2011 ini yang merupakan
tahun yang serba mudah. Mudah rejeki, mudah panennya, dan mudah dalam hal
lainnya. Berdasarkan penuturan bapak Darsuki, bahwa sebenarnya di Pati ini
terdapat lebih dari 50 rombongan atau grup kethoprak. Dan entah kenapa, tahun
ini semuanya laku. Mulai dari kethoprak gedhe
sampai kethoprak yang kurang dikenali masyarakat, mereka semua laku. Setiap
desa pasti nanggap kethoprak ketika
bulan Apit.
Keberadaan kethoprak sebagai salah satu kesenian
rakyat tradisional sejak lahirnya sampai sekarang, berkembang selalu berupaya
menyesuaikan selera/kesenangan masyarakat
penggemarnya. Dengan kata lain perkembangan kesenian kethoprak bersifat
lentur atau luwes. Ini dapat disimak
dan dibuktikan dari bentuk penyajian kesenian kethoprak dari tahun ke tahun
yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi di pertunjukan kethoprak
bertujuan agar ketoprak digemari penonton. (Kartodirdjo : 41)
Menurut Soedarsono (1998 : 1) adapun penyebab dari
hidup matinya seni pertunjukan ada bermacam-macam antara lain disebabkan oleh
karena perubahan yang terjadi di bidang politik, ada yang disebabkan oleh
masalah ekonomi, ada yang disebabkan karena perubahan selera masyarakat
penikmat, dan ada pula yang karena tidak mampu bersaing dengan bentuk-bentuk
pertunjukan lain.
Pemain
dan Peralatan dalam Kethoprak
Jumlah personel kethoprak asli Pati itu tidak kurang
dari 60 orang, kalau kurang dari 60 orang itu bukan kethoprak Pati tapi kethoprak
Blora dan Sale. Personel-personel itu antara lain :
1).
Wayang lanang 10 orang;
2).
Rol wadon 4 orang;
3).
Ledhek gambyong 7 orang;
4).
Emban 1 orang;
5).
Taman tidak kurang dari 9 orang;
6).
Dagelan minimal 2 orang;
7).
Kepruk salto 5x2 orang;
8).
Tukang panggung kelir 6 orang;
9).
Keprak 1 orang;
10).
Speaker 1 orang;
11).
Tukang lampu 1 orang;
12).
Sinden 1-2 orang;
13).
Pengrawit 8-9 orang; dan
14).
Sopir .
Peralatan yang dibutuhkan dalam pementasan ketoprak
antara lain 1). Panggung beserta kelir; 2). Gamelan; 3). Sound system; 4).
Lighting dan diesel; dan 5). Kendaraan. Panggung pada zaman dahulu dinamakan sasak, yakni bambu yang dipotong-potong,
yang kemudian ditumpangi gedheg. Dan
kelir atau nama lainnya geber yang
lengkap berjumlah 12. Kemudian pakaian pemain, yang diberi persediaan
juragannya hanyalah gambyong dan wayang kepruk, yang lainnya bawa
sendiri-sendiri.
PENUTUP
A. Simpulan
Kesenian kethoprak yang dulunya hanyalah suatu
tradisi masyarakat petani, sekarang berubah menjadi suatu pertunjukan yang
harus diperhatikan. Salah satu daerah di Jawa Tengah yang memprakarsai kesenian
kethoprak adalah kabupaten Pati. Banyak seniman kondang dari berbagai daerah yang tergabung dalam organisasi
kethoprak di Pati. Para seniman itu berusaha melestarikan budaya asli Jawa
Tengah. Dalam perjalanan kehidupannya, kethoprak berjalan sendiri tanpa ada
lembaga khusus yang menjadi penanggung jawab, padahal kethoprak juga ingin
berkembang seperti kesenian-kesenian lain.
Kethoprak ramai menggung ketika bulan Apit karena
ada tradisi sedekah bumi dan sedekah laut di tiap-tiap daerah. Tetapi
pada saat bulan Sura, Sapar, Maulud kethoprak libur karena pada bulan-bulan itu
tidak mungkin ada orang duwe gawe,
jika ada jadwal manggung mungkin itu hanya ketika ada acara kumpulan-kumpulan
para seniman.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan berikutnya.
LAMPIRAN
DAFTAR
PUSTAKA
Kartodirdjo,Sartono
dkk.1997.Ketoprak Orde Baru.Yogyakarta:Yayasan
Bentang Budaya.
Soedarsono,
R.M..1998.Seni Pertunjukan Indonesia di
Era Globalisasi.Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar