MAKALAH
MAKNA
BERSIH DESA BAGI MASYARAKAT JAWA
Guna
Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Semantik
Dosen
Pengampu :
Drs.
Widodo
Oleh
:
Silvia
Oti Nugraheni
2601411004
/ PBSJ
Rombel
1
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat
Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah Semantik. Semoga makalah ini dapat berguna untuk pembaca pada
umumnya.
Ucapan terima kasih penulis
tujukan kepada Bapak Drs. Widodo selaku dosen mata kuliah Semantik atas
bimbingan dan pengarahan beliau selama penyusunan makalah ini, serta
pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini,
pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar di masa yang akan
datang bisa lebih baik lagi.
Semarang,
Januari 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam masyarakat Jawa
banyak terdapat hal-hal yang masih berbau kejawen dan dekat dengan kemistisan. Selain itu, dalam sejarah kehidupan
dan alam pikiran masyarakat Jawa, alam di sekitar masyarakat sangat berpengaruh
dalm kehidupan sehari-hari. Alam sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat,
bahkan dalam hal mata pencaharian mereka. Sebagai contoh yang sangat sederhana,
musim sangat berpengaruh pada mata pencaharian bercocok tanam. Mungkin karena
kedekatan antara manusia dengan alam pulalah yang menyebabkan berkembangnya
pemikiran mengenai fenomena kosmogoni dalam pemikiran masyarakat Jawa. Pemikiran
tersebut kemudian melahirkan beberapa tradisi atau ritual yang berkaitan dengan
penghormatan terhadap alam tempat hidup mereka, salah satunya adalah ritual
bersih desa sebagai perwujudan rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa.
B.
Rumusan
Masalah
Setelah
melihat latar belakang tersebut, agar penelitian ini tidak terjadi kerancuan,
maka penulis membatasi dan merumuskan masalah yang akan diangkat dalam
penelitian ini.
1. Apa
makna diadakannya Ritual Bersih Desa bagi masyarakat Jawa?
2. Bagaimana
pandangan masyarakat Jawa mengenai Ritual Bersih Desa?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
makna diadakannya Ritual Bersih Desa.
2. Memahami
pandangan masyarakat Jawa mengenai Ritual Bersih Desa.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Makna Ritual Bersih Desa Bagi
Masyarakat Jawa
Bersih desa merupakan tradisi turun
temurun dalam kebudayaan suatu masyarakat sebagai wujud keharmonisan antara
manusia dan alam, karena manusia dan alam merupakan suatu kesatuan. Selain itu,
juga sebagai wujud rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa baik dari hasil
panen yang melimpah, kesehatan dan kesejahteraan. Hubungan dua elemen tersebut
seakan tidak bisa lepas satu sama lain. Pada jaman modern seperti saat ini,
alam seakan menjadi objek untuk meneguhkan dan meneruskan kehidupan manusia.
Misalnya, alam yang rusak dan sampah yang berserakan dimana-mana, berakibat
pada sering terjadinya bencana alam yang memakan banyak korban jiwa. Disinilah
diperlukan pemahaman dan kesadaran manusia tentang alam tempat tinggalnya.
Masyarakat Jawa begitu menghargai
alam yang terbukti dengan adanya ritual bersih desa sebagai bentuk atau
perwujudan penghormatan manusia terhadap alam. Menurut Frans Magnis Suseno,
manusia dengan alam memiliki hubungan yang terbina erat karena kehidupan
manusia bermula dari alam. Hal ini dapat dibuktikan dengan mata pencaharian
masyarakat yang erat kaitannya dengan alam, katakan saja seperti petani,
pekebun, dan peternak mereka hidup dari alam. Para petani mengolah alam untuk menghasilkan
bahan makanan.
Waktu dilaksanakannya juga tidak
sembarangan ditentukan, melainkan ada hari-hari tertentu dalam penanggalan
kalender Jawa yang merupakan hari sakral untuk melaksanakan ritual bersih desa.
Ritual bersih desa tidak selalu sama pada masing-masing daerah atau desa,
karena memang leluhur yang membawa tradisi tersebut berbeda pada setiap daerah.
Sesajen (persembahan) dan peralatan yang dipergunakan untuk melakukan upacara
pun berbeda, menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada di daerah masing-masing dan kebutuhan akan hal tersebut
yang memang berbeda-beda.
Ritual bersih desa ini dilaksanakan
setiap setahun sekali dan terdiri dari beberapa tahapan, yakni biasanya diawali
dengan kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan yang dilaksanakan oleh
seluruh warga masyarakat, misalnya memperbaiki jalan atau gang-gang,
membersihkan selokan, memperbaiki pos ronda agar terlihat rapi dan bersih.
Selain itu, para warga juga membersihkan makam-makam keluarga dan juga makam
yang dianggap keramat, terutama makam leluhur, sosok atau tokoh yang pernah
menjadi panutan warga masyarakat desa tersebut. Tujuannya tidak lain adalah
untuk membersihkan halangan atau kesusahan yang ada (resik sukerta/sesuker)
agar kehidupan seluruh warga menjadi tenang dan tentram. Kemudian dilanjutkan
dengan persiapan upacara adat yang dilaksanakan sebagai wujud syukur dan
permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesejahteraan dan kesehatan yang
diberikan kepada warga desa. Para warga meletakkan sesaji di setiap titik pusat
desa, tempat-tempat keramat, tempat-tempat yang berkaitan dengan air (sumur, sungai,
mata air), batas-batas desa (utara, selatan, barat, timur), setiap perempatan
dan pertigaan di wilayah tersebut.
Kegiatan ini biasanya diiringi
dengan acara kirab yaitu arak-arakan atau iringan yang menyertai perjalanan
upacara adat menuju tempat yang dianggap keramat dan dibawa pula sesaji yang
berasal dari hasil panen warga desa yang dipersembahkan kepada leluhur sebagai
simbol kesejahteraan yang mereka peroleh selama setahun.
Adapun sesaji yang menjadi bagian
dari kegiatan upacara adat ini yang akan dibagi diperebutkan oleh warga desa
yang percaya bahwa sesaji tersebut bisa mendatangkan berkah. Pada umumnya
sesaji yang dipergunakan antara lain :
§ Nasi Gurih, sebagai persembahan
kepada para leluhur
§ Ingkung, sebagai lambang manusia
letika masih bayi dan sebagai lambang kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa
§ Jajan Pasar, sebagai lambang agar
masyarakat mendapat berkah
§ Pisang Raja, sebagai lambang harapan
agar mendapat kemuliaan dalam masa kehidupan
§ Nasi Ambengan, sebagai ungkapan
syukur atas rejeki yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa
§ Jenang, berupa jenang merah putih
(lambang bapak dan ibu) dan jenang palang (penolak marabahaya)
§ Tumpeng, berupa tumpeng lanang
(lambang Yang Maha Agung) dan tumpeng wadon (lambang penghormatan kepada
leluhur) yang ukurannya lebih kecil
§ Ketan Kolak Apem, untuk memetri pada
dhanyang yang ada di wilayah desa tersebut
Ritual
bersih desa ini biasanya ditutup dengan acara pagelaran kesenian, seperti
wayang kulit dengan lakon “Makukuhani”, “Sri Mulih”, atau “Sri Boyong” yang mengisahkan
legenda Dewi Sri sebagai lambang kemakmuran agar terus bersemayam di desa
tersebut.
3.2 Pandangan Masyarakat Jawa Mengenai
Ritual Bersih Desa
Bersih desa atau rasulan adalah
sebuah ritual dalam masyarakat kita. Bersih desa merupakan warisan dari
nilai-nilai luhur lama budaya yang menunjukkan bahwa manusia menyatu dengan
alam. Ritual ini dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadap
alam yang menghidupi mereka.
Dalam
ritual bersih desa, adapun sesajen sebagai simbol penghormatan kepada Gusti
Yang Maha Agung. Sebab, masyarakat Jawa percaya dengan kekuatan di luar mereka.
Inilah cara pandang kosmos masyarakat Jawa. Sesajen, diwujudkan dengan beberapa
makanan sebagai simbol bersyukur kepada alam yang telah memberikan kecukupan.
Jika kita
memakai perspektif (sudut pandang) budaya, dalam konsep pelestarian, ritual
hajat bumi dilakukan sebagai langkah untuk terus mempertahankan tradisi yang
turun temurun diterima warga. Menurut Frans Magnis Suseno, masyarakat Jawa
adalah masyarakat religius. Perilaku kesehariannya dipengaruhi oleh pemikiran
spiritualitas.
Upacara
bersih desa itu sendiri sering dikaitkan dengan cerita Dewi Sri yaitu sebagai
dewanya para petani. Karena menurut masyarakat keberhasilan panen itu adalah
pemberian dari Dewi Sri yang senantiasa menjaga tanaman mereka dari hama dan
gangguan lainnya. Upacara tersebut timbul karena adanya dorongan perasaan manusia untuk melakukan berbagai perbuatan
yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib (perilaku keagamaan).
Upacara
bersih desa itu merupakan sistem aktivitas atau rangkaian tindakan terstruktur
yang ditata oleh adat yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan
berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang
bersangkutan. Kegiatan upacara bersih desa tidak lepas dari interaksi sosial
masyarakat karena interaksi sosial melibatkan banyak orang sehingga mempunyai
hubungan timbal balik antara pelaku dan upacara yang akan dilakukan serta
unsur-unsur yang mendukungnya. Oleh karena itu interaksi sosial menjadi faktor
terpenting dalam hubungan dengan orang lain dan menyangkut keberhasilan suatu
upacara, hal ini menunjukkan adanya gotong-royong dan kerja sama.
Adat
dan budaya manusia tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai ritual atau
kepercayaan masyarakat. Sedangkan nilai yang dipahami oleh masyarakat dari
upacara adat bersih desa antara lain :
a. Nilai
kebersamaan/sosial, yaitu masyarakat secara bersama-sama bekerja bakti
membersihkan makam dan membuat umbul-umbul sehingga kebersamaan antar mereka
tetap terjalin dengan baik.
b. Nilai
religi, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan dapat terjalin dengan baik jika
mereka menjalankan agama dan tradisi upacara bersih desa setiap tahunnya.
c. Nilai
keamanan, yaitu masyarakat bisa terbebas dari pageblug dan seluruh desa akan merasa aman.
d. Nilai
ekonomi, yaitu dengan tetap melaksanakan upacara masyarakat akan lebih mudah
dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, serta hasil panen akan meningkat di tahun
depan.
Tujuan diadakannya bersih desa
antara lain :
a. Sebagai
perwujudan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan hasil panen yang melimpah.
b. Sebagai
wujud ungkapan terima kasih kepada Dewi Sri yang telah menjaga tanaman-tanaman
pertanian sehingga terhindar dari hama.
c. Untuk
menjaga keselamatan para warga desa dari gangguan hal-hal gaib seperti roh atau
arwah yang masih gentayangan.
d. Agar
terhindar dari gangguan-gangguan penyakit, keamanan, dan bencana.
e. Untuk
sarana membersihkan desa dan warganya dari musibah atau kesengsaraan, agar desa
tersebut menjadi aman dan tenteram.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Bersih desa adalah pernyataan
masyarakat terhadap identitas, akar budaya, dan idealism melalui pengalaman
otentik orisinal komunitas, dimana komunitas menjadi pencipta budayanya
sendiri, bukan hanya menjadi manusia yang terhigemoni yang hanya menjadi
konsumen.
4.2 Saran
Untuk
mempertahankan kebudayaan masyarakat Jawa,
maka lestarikan dan tetap
menghargai tradisi masyarakat Jawa sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.
Jakarta : Rineka Cipta.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar