Sabtu, 05 Juli 2014

sastra perbandingan (PERBANDINGAN FILM CLASH OF THE TITANS DENGAN PERCY JACKSON AND OLYMPIANS THE LIGTHNING THIEF)



logo unnes.jpg

PERBANDINGAN FILM CLASH OF THE TITANS DENGAN
PERCY JACKSON AND OLYMPIANS THE LIGTHNING THIEF
DALAM KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ulangan Akhir Semester
Mata Kuliah Sastra Bandingan
Dosen Pengampu  :
Drs. Sukadaryanto, M.Hum

Oleh :
Ivanka Pramushinta
2601411003 / 2011
Rombel 01
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa



FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan kreasi artistik yang terwujud dari imajinasi nalar dan perasaan pengarang.Karya sastra yang dimaksudkan adalah karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Contoh dari karya satra lisan diantaranya : cerita rakyat, film, kidung, dan sebagainya, sedangkan contoh karya sastra tulis adalah : cerkak, novel, babad, dan lain sebagainya.
Banyaknya karya sastra yang bermunculan, merupakan salah satu penyebabkarya sastra menarik untuk diteliti dandibandingkan.Film merupakan sebuah karya sastra yang sering muncul dan disenangi masyarakat.Dalam penelitian ini, sebuah film dengan judul Clash of The Titan yang disutradarai oleh Louis Leterrier akan dibandingkan dengan film berjudul Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief. Kedua film tersebut sangat menarik untuk diteliti karena menceritakan tentang mitologi Yunani.
Menurut Sukadaryanto ( 2010 : 101), sastraperbandingan adalahperbandingan antara dua karya sastra atau lebih dalam kurun waktu yang berbeda atau dalam waktu yang bersamaan. Dalam memperbandingkan karya-karya sastra ini adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam karya sastra tersebut.
Pendekatan yang tepat untuk menganalisis dan membandingkan kedua film tersebut adalah Pendekatan Sosiologi Sastra yakni menganalisis karya sastra dari sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra itu sendiri, dansosiologi sastra yang memasalahkan pembaca serta dampak sosial karya sastra. Oleh karena itu, peneliti menganalisis Film Clash of The Titans dengan film berjudul Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief  menggunakanPendekatan Sosiologi Sastra.

1.2              Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan film Clash of The Titansdengan film Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thiefdalam kajian Sosiologi Sastra ?

1.3              Tujuan
Mengetahui perbandingan film Clash of The Titans dengan film Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief dalam kajian Sosiologi Sastra ?

1.4              Manfaat
Melalui makalah ini pembaca  dapat mengetahui tentang teori sosiologi sastra dan dapat menggunakan pendekatan tersebut dalam menganalisis dan membandingkan berbagai karya sastra.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

1.1              Kajian Pustaka
Berdasarkan pengamatanpeneliti, perbandingan film Clash of The Titans dengan film Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief belum pernah dijadikan sebagai bahan penelitian.

1.2              Landasan Teoretis
1.2.1        Sastra Perbandingan
Sastra perbandingan sebagai suatu disiplin ilmu sastra yang baru saja berkembang, masih memerlukan perjalanan yang panjang untuk mencapai kedudukan sebagai ilmu yang mantap.Perjalanan panjang itu masih harus ditempuh karena sampai sekarang masih terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli menyikapi keberadaan sastra perbandingan.Keadaan yang demikian ini sebenarnya sekaligus menunjukkan kedinamisan perkembangan sastra perbandingan sebagai sebuah ilmu.
Istilah sastra bandingan dalam praktiknya menyangkut bidang studi dan masalah lain. Pertama kali istilah sastra bandingan dipakai untuk studi sastra lisan, terutama cerita-cerita rakyat dan migrasinya, serta bagaimana dan kapan cerita rakyat tersebut masuk ke dalam penulisan dunia sastra yang lebih artistik. Meskipun studi sastra lisan mempunyai permasalahan tersendiri (yaitu masalah penyebaran dan latar sosial), permasalahan dasarnya sebenarnya sama dengan sastra tulis. Sehingga ada yang berpendapat bahwa sastra lisan bagian integral dari sastra tulis dan kesinambungan sastra lisan dan sastra tulis tidak pernah terputus.Dengan demikian, maka istilah sastra bandingan bukan istilah yang dikhususkan untuk studi sastra lisan, tetapi juga menyangkut keberadaan sastra tulis.
Kedua, istilah sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih.Pendekatan tersebut dipelopori oleh kelompok ilmuwan Perancis yang disebut “comparatites”, dipimpin oleh Fernand Baldensperger.Pada kurun waktu ini, yang nampak dalam studi bandingan yaitu permasalahan metodologinya lebih sekedar mengumpulkan informasi tinjauan buku, terjemahan, dan pengaruh (Rene Wellek dan Austin Warren).Perkembangan selanjutnya masih belum menampakkan adanya kemapanan baik secara teoritis maupun metodologis.
Sastra bandingan, sebagai sebuah disiplin ilmu atau kajian akademik, belum begitu lama mendapat pengakuan dari para ilmuwan.Karena perkembangan yang masih pada tahao permulaan inilah, sangat memungkinkan munculnya pengertian-pengertian dan definisi tentang sastra bandingan yang berbeda-beda dari setiap ilmuwan sastra.Munculnya pengertian-pengertian tersebut disertai dengan landasan acuan yang berbeda pula.
Menurut Henry H. Remark sastra bandingan adalah suatu studi sastra di luar perba­tasan suatu negara tertentu dan studi tentang hubungan-hubungan antara kesusastraan di satu pihak dan bidang-bidang pengetahuan dna kepercayaan di pihak lain. Dari pendapat ini memberikan indikasi bahwa studi sastra bandingan mempunyai cakupan yang sangat luas yaitu, (1) perbandingan antara sastra dengan sastra yang lain, (2) perbandingan antara sastra dengan bidang-bidang lainnya yang merupakan hasil ekspresi manusia (Henry H Remark dalam Elly N Danardono, 1989).
Menurut Sukadaryanto ( 2010 : 101), sastra  perbandingan adalah perbandingan antara dua karya sastra atau lebih dalam kurun waktu yang berbeda atau dalam waktu yang bersamaan. Dalam memperbandingkan karya-karya sastra ini adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam karya sastra tersebut.





1.2.2        Sosiologi Sastra
Teori yang digunakan dalam meneliti dan membandingkan film Clash of The Titans dengan film Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thiefadalah Sosiologi Sastra.
Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra yang masih mempertimbangkan karya sastra dan segi-segi sosial Wellek dan Warren (1956: 84, 1990: 111) membagi sosiologi sastra sebagai berikut :
1.    Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial status pengarang, dan idiologi pengarang yang terlibat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra, karena setiap pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal dan berasal. Dalam hal ini, informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi pengarang (Wellek dan Warren,1990:112)
2.     Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial.(Wellek dan Warren, 1990:122).Beranggapan dengan berdasarkan pada penelitian Thomas Warton (penyusun sejarah puisi Inggris yang pertama) bahwa sastra mempunyai kemampuan merekam ciri-ciri zamannya.Bagi Warton dan para pengikutnya sastra adalah gudang adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban.
3.     Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya sastra, pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat; seni tidak hanya meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya. Banyak orang meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam kehidupannya.

Klasifikasi Wellek dan Warren sejalan dengan klasifikasi Ian Watt (dalam Damono, 1989: 3-4) yang meliputi hal-hal berikut.
1.    Konteks sosial pengarang, dalam hal ini ada kaitannya dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakat pembaca termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya sastranya, yang terutama harus diteliti yang berkaitan dengan : (a) bagaimana pengarang mendapat mata pencahariannya, apakah ia mendapatkan dari pengayoman masyarakat secara langsung, atau pekerjaan yang lainnya, (b) profesionalisme dalam kepengaragannya, dan (c) masyarakat apa yang dituju oleh pengarang.
2.    Sastra sebagai cermin masyarakat, maksudnya seberapa jauh sastra dapatdianggap carmin keadaan masyarakat. Pengertian “cermin” dalam hal ini masih kabur, karena itu, banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan.

Dalam bukunya A Glossary of Literature Term, Abrams menulis bahwa dari sosiologi sastra ada tiga perhatian yang dapat dilakukan oleh kritikus atau peneliti yaitu:
1. Peneliti dengan lingkungan budaya tempat ia tinggal.
2. Karya, dengan kondisi sosial yang direfleksikan di dalamnya.
3. Audien atau pembaca (1981: 178).
            Menurut Ratna (2003 : 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain:
1.    Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek kemasyarakatannya.
2.    Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek kemasyarakatan yang terkandung didalamnya.
3.    Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang melatar belakanginya.
4.    Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat.
5.    Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara sastra dengan masyarakat.
            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karya sastra memiliki hubungan erat dengan segi sosial kemasyarakatan.Peristiwa-peristiwa, konflik batin maupun lahir dalam konteks sosial pengarang ikut mempengaruhi terciptanya karya sastra.

           
BAB III
METODE PENELITIAN

1.1              Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendekatan metodologis dan pendekatan teoritis.Pendekatan metodologis yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.Pendekatan deskriptif digunakan karena penelitian ini sebatas mendeskripsikan data.
Pendekatan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Pendekatan Sosiologi Sastra. Pendekatan dengan cara menganalisis karya sastra dilihat dari sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri, dan sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca serta dampak sosial karya sastra. (Wellek dan Warren)

1.2              Data dan Sumber Data
1.2.1        Data
Data yang di kaji dalam penelitian ini adalah film beserta sinopsis dari Clash of The Titans dan Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief.
1.2.2        Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diambil dari film Clash of The Titans dan film Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thiefyang sama-sama ditayangkan tahun 2010.



BAB IV
 PEMBAHASAN

4.1       Sinopsis Film Clash of The Titans
Awalnya bumi ini diciptakan oleh dewa yang bernama Titan.Dewa tersebut memiliki anak yang terdiri atas Zeus, Poseidon dan Haden.Zeus memimpin daerah langit.Dan dialah yang menciptakan manusia.Poseidon memimpin daerah laut dan Haden memimpin daerah bawah yang penuh dengan penderitaan.Satu lagi dikarenakan Zeus pernah menipu Haden untuk menciptakan hewan yang tidak ada tandingannya.Maka terciptalah Kraken, yaitu anak Haden dari dagingnya sendiri.Alasannya Zeus menciptakan manusia.dikarenakan mereka para dewa memerlukan do'a manusia untuk kelangsungan hidup mereka. (Seperti energinya para dewa).
        Disinilah kemudian lahirnya anak yang bernama Perseus.Perseus lahir dari perselingkuhan Zeus dengan istri raja Acrisius. Oleh sebab itu dia yang akan membuat perubahan pada tirani dewa. Maksudnya agar manusia tidak selalu tunduk dan patuh pada dewa.Sehingga banyak para manusia yang berontak kepada dewa.dengan cara menghancurkan patung Zeus. Sehingga Zeus pun marah dan menyuruh Haden untuk membantunya mengingatkan manusia. Akhirnya Haden pun mendatangi kerajaan Argos dan memberikan ancaman untuk mengorbakan sang putri pada saat gerhana tiba. Jika tidak maka Kraken akan dilepaskan dan Argos pun akan dimusnahkan.
Tumbuh dewasa, Perseus (Sam Wothington) kini banyak membantu keluarganya dan mengikuti jejak Spyros sebagai seorang nelayan.Sayang, kebahagiaan keluarga Spyro tak berlangsung lama ketika mereka semua mati terbunuh akibat amukan Hades yang menyerang pasukan Agros yang sedang menyatakan perlawanan mereka terhadap para dewa dengan meruntuhkan patung Zeus.Sendiri, Perseus akhirnya diselamatkan oleh pasukan Agros dan membawa dirinya ke kerajaan tersebut.
Hades yang marah mengancam akan menghancurkan Argos saat gerhana matahari, kecuali putri mereka dikorbankan untuk Kraken, monster ciptaan Hades yang tinggal di dasar laut terdalam. Dan upaya Perseus mencegah hancurnya kerajaan Argos itulah yang kemudian menjadi inti film ini. Dalam perjalanan mencari cara mengalahkan Kraken, Perseus dan pasukan Argos menghadapi banyak tantangan. Termasuk saat di padang pasir ia bertemu Scorpioch -sejenis monster kalajengking raksasa- yang kemudian justru mempertemukan mereka dengan bangsa Jinn yang membantu mereka. Bangsa Jinn juga sudah jengah dengan kekuasaan para dewa dan berniat membantu manusia melawannya. Untuk mengetahui cara mengalahkan Kraken, mereka harus menemui para peri Styga. Dari para peri inilah kemudian diketahui jawaban bahwa hanya ada satu cara mengalahkan Kraken, yaitu mempertemukan Medusa dengannya. Karena monster wanita yang tinggal di dunia bawah ini memiliki satu senjata mematikan: siapa pun yang melihatnya akan menjadi batu.
Karena mustahil meminta Medusa bekerja sama, maka satu-satunya cara adalah dengan memenggal kepalanya dari badannya dan membawanya ke Argos. Karena merupakan makhluk hasil kutukan dewa -Medusa awalnya cantik, kecantikannya bahkan menggoda Poseidon. Namun kemudian ia dikutuk agar tak ada lagi pria yang menyukainya dan menjadi monster-, maka meski kepalanya dipenggal, namun kepala itu tidak mati. Matanya masih mampu menyihir siapa pun yang melihatnya.
Dalam perjalanannya, selain ditemani pasukan Argos, Perseus juga ditemani oleh Io.Ia merupakan semacam dewi pelindung bagi Perseus. Ia pun mendapat bantuan dari dewa berupa pedang surgawi dan Pegasus, raja dari bangsa kuda bersayap. Bantuan ini semula ditolaknya, namun terpaksa digunakannya saat mereka diserang oleh Acrisius yang telah menjadi monster Calibos dan diperalat Hades.
Di tengah waktu yang memburu, gerhana matahari telah tiba dan Kraken keburu dilepaskan.Andromeda yang dilindungi di istana diculik oleh warga dipimpin seorang pendeta, hendak dikorbankan untuk meredakan amarah Kraken sesuai permintaan Hades. Namun dengan menumpang Pegasus, akhirnya Perseus berhasil menyelamatkan Argos dengan mengalahkan Kraken, meski seluruh anggota rombongannya tewas.

4.2       Sinopsis Film Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief
Percy Jackson (Logan Lerman) adalah seorang anak biasa yang tinggal di kota New York. Percy seringkali merasa rendah diri akibat diseleksia (kesulitan untuk membaca) yang ia derita. Semenjak kecil sendiri, Percy tidak mengenal siapa ayahnya.Ia tinggal dengan ibunya, Sally Jackson (Catherine Keener), yang sekarang sedang berhubungan dengan seorang pria, Gabe Ugliano (Joe Pantoliano), yang sangat dibenci Percy.
Ketika sedang mengadakan sebuah kunjungan ke museum bersama teman-teman sekelasnya, Percy diserang oleh gurunya yang tiba-tibanya berubah menjadi sebuah monster dan meminta Percy untuk mengembalikan tongkat petir milik dewa Zeus (Sean Bean) kepada dirinya. Beruntung, ia diselamatkan oleh Mr Brunner (Pierce Brosnan) dan sahabatnya, Grover (Brandon T Jackson). Berdua, mereka akhirnya menjelaskan bahwa Percy adalah seorang demigod, manusia setengah dewa, hasil hubungan dewa Yunani dengan makhluk Bumi, dimana untuk kasus Percy sendiri ia adalah hasil hubungan ibunya dengan dewa Poseidon (Kevin McKidd).
Percy sendiri saat ini sedang dikejar-kejar oleh warga Olympia (penghuni kerajaan dewa Yunani) yang mengira bahwa Percy mencuri tongkat petir milik Zeus dan ingin memiliki tongkat tersebut, termasuk dewa Hades (Steve Hoogan), yang menahan ibu Percy agar ia dapat menukarkannya dengan tongkat petir tersebut.
Untuk mengamankannya, Mr Brunner (yang akhirnya membuka identitas aslinya sebagai Chiron, manusia setengah kuda) dan Grover (yang identitas aslinya adalah seorang satyr, manusia setengah kambing), akhirnya membawa Percy ke sebuah tempat pelatihan para kaum demigod yang disebut Camp Half-Blood. Disini, Percy mengenal Annabeth Chase (Alexandra Daddario), putri dewi Athena, yang nantinya bersama Grover akan menemani Percy berpetualang melawan Medusa (Uma Thurman) dan menghadapi Hades untuk mendapatkan kembali ibunya sekaligus berusaha menemui Zeus dan menceritakan hal yang sebenarnya telah terjadi.
Percy Jackson, awalnya tidak mengetahui bahwa dirinya adalah putra Poseidon sang dewa lautan. Dia menjadi semakin terkejut manakala mengetahui ada ratusan manusia setengah dewa seperti dirinya yang ada di dunia ini.Sebagian besar manusia setengah dewa (hasil percampuran antara dewa dan manusia) tinggal dan berlatih di The Kamp.Sebagai pihak yang dipojokkan karena dituduh mencuri pedang halilintar, Percy bersama kedua rekannya berupaya menemukan pedang itu sekaligus menyelamatkan ibunya yang ditawan oleh Hades di alam roh. Petualangan yang menegangkan dengan bertempur melawan berbagai makhluk aneh, termasuk ke sarang Hydra, sang monster wanita berkepala ular yang akan menjadikan orang yang melihatnya menjadi batu. Akhirnya ketiganya berhasil masuk dan menyelamatkan ibu Percy dari tawanan Hades di alam roh.Di akhir film diketahui bahwa orang yang mencuri pedang Halilintar milik Zeus adalah Luke, sahabat Percy di The Kamp tepat sebelum pasukan Zeus dan pasukan Poseidon saling menyerang.
4.3       PerbandinganFilm Clash of The Titans dengan Film Percy Jackson and Olympians The Ligthning ThiefDalam Kajian Sosiologi Sastra
4.3.1    Sosiologi Pengarang
Clash of The Titans
Pengkajian sastra dapat memahami dan menelaah karya sastra dari sosiologi pengarangnya. Pengarang yang dimaksud yakni sutradara film Clash of The Titans bernama Louis Leterrier. Beliau lahir di Paris pada tanggal 17 Juni 1973. Ayah beliau yang juga berprofesi sebagai pembuat film sedangkan ibunya seorang desainer baju. Louis Leterrier sempat memenangkan beberapa pengahargaan sebelum pindah ke  Amerika Serikatuntuk belajarpembuatan filmdiNewYork University. Pekerjaan pertamanya di dunia film yakni sebagai asisten produser pada tahun 1997.Kemudian beliau kembali ke Prancis.Disana beliau diposisikan sebagai asisten Luc Besson pada tahun 1999. Setelah mendapatkan pekerjaan sebagai asisten direktur Mission Cleopatre (2002) dan  L’idole (2002), dia kembali ke New York. Di sana beliau menjadi direktur artistic di The Transporter (2002). Hingga kemudian membuatdebut sutradarafiturnya dengan Unleashed (2005), gambar action yang dibintangi Jet Li, sebelum mengambilalih sebagaidirektursekuelThe Transporter. Kemudian, ia mengarahkanblockbusterThe Incredible Hulk (2008), dan akhirnya menyutradarai film Clash of The Titans (2010).
Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief
Film ini disutradarai oleh Chris Colombus, yang sebelumnya populer dengan film-film komedi keluarga semacam Home Alone, Nine Months dan Jingle All The Way.Christopher "Chris" Columbus (lahir 10 September1958; umur 55 tahun) adalah sutradara, produser dan seorang peneliti naskah yang berasal dari Amerika Serikat. Columbus tinggal di San Fransisco. Ia lahir di Spangler, Pennsylvania dan dibesarkan di Youngstown, Ohio, putra dari Irene, seorang pekerja perusahaan pembuat barang dari aluminium dan penambang batu bara. Columbus merupakan blasteran Itali dan Cekoslowakia. Ia menikahi Monica Devereux pada tahun 1983, dan mendapatkan empat orang anak.
Putri dari Columbus, Eleanor, memerankan karakter Susan Bones di dua film Harry Potter yang ia sutradarai, membuat ia menjadi salah satu dari dua actor Amerika yang bermain sebagai siswa di Hogwarts. Ia juga muncul di Home Alone dan berperang menjadi cameo bersama ayahnya di Home Alone 2: Lost in New York.Violet Columbus menyanyikan lagu di awal film I Love You, Beth Cooper. Sedangkan istrinya, Monica Devereux muncul di Home Alone sebagai salah satu dari pramugari dan di Home Alone 2 sebagai operator telefon.
Dari uraian kedua sosiologi pengarang atau sutradara dari film Clash of The Titans dan Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief di atas, dapat diketahui bahwa kedua sutradara tersebut sama-sama berasal dari Amerika Serikat.Latar belakang pengalaman dalam pembuatan film berpengaruh pada film yang dihasilkan.Walaupun  selisih usia yang cukup jauh di antara keduanya, tidak menyebabkan kedua film memiliki kualitas yang berbeda. Kedua sutradara tersebut sama-sama sangat berpengalaman dalam perfilman.

4.3.2    Sosiologi Karya Sastra
Clash of The Titans
Film ini diangkat dari legenda Yunani, tentang petualangan Perseus anak Dewa Zeus  yang dibesarkan di desa nelayan menjalankan misi memenggal kepala Medusa sebelum jatuh hari ke-30. Jika melewati batas hari, maka putri Andromeda dari kerajaan Argos harus dipersembahkan kepada monster laut bernama Kraken.
Jika di pandang dari karya sastranya sendiri, ada dua tokoh yang menonjol dalam cerita yakni Perseus dan Medusa.Perseus yakni manusia setengah dewa yang dalam hidupnya selalu diikuti oleh Io.Walaupun tokoh utamanya Perseus, namun Medusa juga tak kalah menariknya.Konon Medusa wanita cantik sebelum dikutuk dewa menjadi gadis berambut sekaligus berbadan ular. Siapapun yang memandang mata Medusa akan berubah menjadi batu. Ini adalah subyek menantang jika diterjemahkan dalam ilustrasi gambar.Salah satu pembelajaran dari dongeng adalah mengajarkan untuk panjang akal dalam menjalani hidup. Meskipun tokoh utama kalah kuat atau kalah besar dari lawan, akan tetapi berhasil menang berkat kecerdikan.
Perseus sebagai makhluk sosial harus bekerjasama dengan orang lain untuk menjalankan misi memotong kepala Medusa sebelum gerhana matahari muncul, sebagai tanda putri Andromeda harus dipersembahkan kepada Kraken.
Makna lain yang bisa dipetik adalah tentang menggunakan strategi menghajar lawan tanpa menggunakan tangan sendiri.
Sebagai latar belakang, dahulu langit dikuasai oleh Titan yang memiliki tiga putra yaitu Zeus, Poseidon dan Hades.Ketiga kakak beradik ini berkonspirasi menggulingkan orangtuanya sendiri dimana Zeus memanfaatkan Hades untuk menyingkirkan Titan, sekaligus menelikung dan membuang Hades ke dunia bawah.
Siapa menanam dia akan menuai. Bak nasehat anak durhaka menggulingkan orangtua sendiri bakal kena karmanya, maka Zeus pun diincar dendam sang adik (Hades), penolakan pengakuan dari sang anak, dan kembali Zeus harus menyingkirkan musuh tanpa menggunakan kekuatan sendiri. Perseus adalah ‘senjata’ sang ayah untuk menyingkirkan Hades.                       
Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief
The Lightning Thief merupakan seri pertama dari petualangan Percy Jackson.Film ini diangkat dari legenda Yunani, tentang petualangan Percy jelmaan Perseus anak dewa Yunani.Tiga pemeran utama film ini diperankan oleh tiga orang aktor dan aktris yang belum membuming.Film ini kurang memberikan treatment lebih pada sisi-sisi teknis yang seharusnya ada pada film-film bergenre fantasi petualangan.Ini dapat dilihat dari special effect dan tata suara yang terkesan sangat pas-pasan.Tiga pemeran utama film ini sebenarnya tidak terlalu buruk, namun tetap saja belum memberikan penampilan mereka yang terbaik.Sebagai awal dari sebuah perjalanan, The Lightning Thief sepertinya dianggap sebagai sebuah ‘versi Amerika Serikat’ dari film petualangan.
Perbandingan kedua film tersebut jika dipandang dari sosiologi karya satra itu sendiri, maka ditemukan banyak kesamaannya. Antara lain :kedua film tersebut berkisah tentang mitologi Yunani dan memiliki tokoh utama manusia setengah dewa, yang mana sampai sekarang masih menjadi kepercayaan masyarakat terutama di Roma Italia. Di film Clash of The Titans menggunakan setting yang benar-benar terjadi pada jaman Yunani, sehingga berhasil memberi gambaran yang nyata terhadap sedangkan Percy Jackson menampilkan dengan hal yang baru yakni berani menggunakan setting kehidupan modern.
4.3.3    Sosiologi Pembaca (audien)
            Clash of The Titans
Audien menjadi salah persepsi tentang Medusa (manusia berambut ular), yakni konon Medusa pada awalnya adalah seorang perawan cantik sekaligus pendeta di kuil milik Athena. Suatu ketika ia diperkosa oleh Poseidon dalam kuil tersebut, Athena marah dan ia mengutuh Medusa berubah menjadi ular. Namun, di dalam film justru dikisahkan bahwa Medusalah yang meminta Athena agar dia dikutuk menjadi manusia ular agar Poseidon tidak mengganggunya lagi.
            Audien dapat terpengaruh oleh berbagai karakter tokoh yang dimunculkan dalam film Clash of The Titans. Perseus yang memiliki jiwa kepahlawanan tinggi dapat mempengaruhi audien untuk berbuat baik seperti itu. Adapun audien yang mudah terpengaruh oleh petualangan magic yang terdapat dalam film tersebut adalah audien anak-anak. Audien ( anak-anak ) meniru style dan apapun yang ada di dalamnya, mereka terapkan saat bermain dengan teman sebayanya.
Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief
Film ini menambah pengetahuan pemirsa tentang adanya mitos dewa-dewa Yunani.Dengan adanya pemunculan tokoh hero, secara tidak langsung film ini mengajarkan tentang sikap kepahlawanan yang pantas ditiru oleh audien. Petualangan magic yang mendominasi film tersebut sangat mempengaruhi pola pikir audien terutama anak-anak dalam kesehariannya.
            Perbandingansosiologi pembaca/audien di atas, dapat diketahui bahwa persamaan kedua film tersebut membawa pengaruh positif bagi audien. Clash of The Titans maupun Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief  didominasi oleh aksi magic yang dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku audien (anak-anak). Perbedaannya film Clash of The Titans berdurasi lebih lama dan banyak scene yang seharusnya tidak perlu di tampilkan membuat audien agak bingung pada ceritanya, sedangkan Percy Jackson sangat mudah dipahami oleh audien karena alurnya maju dan diceritakan sangat jelas. 
            Dari ketiga uraian di atas yakni perbandingan film dari sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca (audien), dapat diketahui bahwa persamaan banyak ditemukan pada sosiologi karya sastra, sedangkan perbedaan terdapat pada sosiologi pengarang karena memang disutradarai oleh dua orang yang berbeda.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.1              Simpulan
Sastra  perbandingan merupakan perbandingan anatara dua karya sastra atau lebih dalam kurun waktu yang berbeda atau dalam waktu yang bersamaan dengan tujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan karya sastra tersebut. Di dalam makalah ini, membandingkan antara film  Clash of The Titans dan Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief dengan menggunakan Teori Sosiologi Sastra karena teri tersebut lebih memperoleh tempat dalam penelitian sastra karena sumber-sumber yang dijadikan acuan mencari keterkaitan antara permasalahan dalam karya sastra dengan permasalahan dengan masyarakat lebih mudah diperoleh.
Perbandingan antara Clash of The Titans dan Percy Jackson and Olympians The Ligthning Thief dalam kajian Sosiologi Sastra yakni membandingkan karya sastra dari sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra itu sendiri, dan sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca (audien).
Dapat disimpulkan bahwa kedua film tersebut mempunyai persamaan pada sosiologi karya sastra, sedangkan perbedaan terdapat pada sosiologi pengarang karena memang disutradarai oleh dua orang yang berbeda.Persamaannya yakni di angkat dari kisah mitologi Yunani.Keduanya memiliki banyak pesan diantaranya sebagai makhluk sosial harus bekerjasama dengan orang lain, siapa yang menanam akan menuai. Makna lain yang bisa dipetik adalah tentang menggunakan strategi menghajar lawan tanpa menggunakan tangan sendiri. Dari pesan-pesan tersebut maka dari sosiologi pembaca (audien)terutama anak-anak sangat berpotensi untuk meniru karakter yang ditampilkan dalam film, dan sebagian audien semakin meyakini keberadaan Dewa Yunani.


1.2              Saran
Peneliti  menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M. H. 2009. A Glossary of Literary Terms.Canada : PreMedia Global.
Damono, Sapardi Djoko. 1989.Karya dan Dunianya. Jakarta : Grasindo
Ratna, Nyoman Khuta. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukadaryanto. 2010. Sastra Perbandingan. Semarang : Griya Jawi.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Penerbit Gramedia.



ANALISIS WACANA



unnes semarang.jpg
ANALISIS WACANA PADA CERITA “DIGONDHOL LELEMBUT WATU RENGGUK” PANJEBAR SEMANGAT EDISI 43
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Wacana Basa Jawa

Dosen Pengampu
Drs. Widodo, M. Pd.

Oleh
Silvia Oti Nugraheni
2601411004





PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014


Analisis Wacana pada Cerkak ‘Digondhol Lelembut Watu Rengguk’
Karya : Dawam
Panjebar Semangat 43
Berdasarkan Kohesi
1.      Leksikal :
a.   Antonimi
-       Kiwa-tengen
2.      Gramatikal :
a.   Referensi
-       Berdasarkan Pengacuan :
1.        Anaforis
-       Bojone Kang Darman ya tanggaku kulon omah mau, lungguh ing kursi ruwang tamu. Kursiku ora larang regane ning yen nggo ngentebake bokong enak banget. Empuk lan pas tumemplek neng boyok.
-       Kang Darman apa ora bisa bali omahe Kang Umar. Dudu apa-apa, neng melu melekan ning omahe wong lanang sing duwe putra telu, siji wadon lan loro lanang iku. Putra mbarep kelas siji SMA Kauman kana. Sing loro isih SD.
-       Kabar bab ilange Kang darman cepet sumebar menyang ngendi-endi. Kabeh wong sadesaku, malah desa-desa kiwa-tengen uga katut umyeg.
-       Kang darman sing kaya wong malih owah pikire mau banjur digotong mudhun nganggo andha loro. Andha siji kanggo munggah saka sebelahe, sing andha sijine maneh kanggo mudhun saka sisih sing beda.
2.        Kataforis
-       Pas malem minggu, sesuk dina riyayane warga keturunan Cina. Riyaya Imlek.
-       Yen malem Minggu ngene iki, adhakane aku mlaku-mlaku nglelipur ati karo sisihanku menyang kutha. Kaya cah enom.

-       Berdasarkan Penanda Kohesif :
1.      Referensi Personal :
-       aku
-       kula
-       panjenengan
-       sampeyan
-       kita
-       dheweke
                                                                                              
2.      Referensi Demonstratif :
a.      Tempat
-          Neng nggunung kidul kana
-          Kidul omah kana
-          Ing omahku
-          Neng desaku
-          Neng remenge lampu teras
-          Neng kulon Pasar Bendhilwungu
-          Neng kecamatan
-          Neng kantor dhinas kabupaten kana
-          Neng omahe Kang Umar
-          SMA Kauman kana
-          Neng ndhuwur kandhang sapi
-          Neng kratone bangsa alus
-          Neng sakiwa-tengene watu mau
-          Neng kratone dhemit
-          Ing mburi kandhang kebo

b.      Temporal
·         Tentu           :
-          jam sepuluh bengi
-          jam sewelas bengi
-          malem Jemuah
-          rong wengi
-          telung dina

·         Tak Tentu   :
-          wiwit wingi sore
-          nganti bengi iki
-          wiwit enjing
-          sonten kalawau
-          sawise melekan
-          sawise pikirane normal
-          ngepasi leren ngarit
-          sawijining dina

b.   Konjungsi
-     Kebo lan sapi mau ingon-ingone dhemit
-     Mangan lan ngombe ora diopeni
-     Nganti ragane Kang Darman kuru aking presasat kari balung lan kulit.
-     Empuk lan pas tumemplek neng boyok.
-     Kebo seket lan sapi sewidak
-     Hubungan telpon karo Kang Umar
-     Sesuk utawa emben
-     Kontak batin karo lelembut
-     Kalah karo bangsane dhemit
-     Ora perlu tundhuk karo karepe bangsa lelembut ngaco iku
-     Sambunge karo ndremimil
-     Kesasar lan meh ilang