Jumat, 04 Juli 2014

KONSEP KEBUDAYAAN DI DUNIA



logo unnes.jpg
KONSEP KEBUDAYAAN DI DUNIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Ilmu Budaya

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Bambang Indiatmoko, M. Si.


Oleh :
Silvia Oti Nugraheni
2601411004 / PBSJ
Rombel 1


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
                Dalam kajian budaya atau Cultural Studies, konsep budaya dapat dipahami seiring dengan perubahan perilaku dan struktur masyarakat di Eropa pada abad ke 19. Perubahan ini merupakan dampak atau pengaruh dari teknologi yang semakin berkembang pesat.
A.      Konsep Kebudayaan Raymond Williams
       Williams mendefinisikan konsep budaya menggunakan pendekatan universal, yaitu konsep budaya yang mengacu pada makna-makna bersama yang terpusat pada makna sehari-hari yakni nilai, benda material / simbolis, dan norma. Kebudayaan yang didefinisikan Williams lebih dekat dengan “budaya” sebagai keseluruhan cara hidup manusia.
     Williams menganjurkan agar kebudayaan diselidiki dalam beberapa tahap, antara lain :
1.      Institusi-institusi yang memproduksi kesenian dan kebudayaan;
2.      Formasi-formasi pendidikan, gerakan-gerakan, dan fraksi-fraksi dalam produksi kebudayaan;
3.      Bentuk-bentuk produksi, termasuk segala manifestasinya;
4.      Identifikasi dan bentuk kebudayaan, termasuk kekhususan produk kebudayaan dan tujuan estetisnya;
5.      Reproduksi dalam perjalanan ruang dan waktu;
6.      Cara pengorganisasian.

B.       Konsep Kebudayaan Lewisisme
     Oscar Lewis menjelaskan bahwa kemiskinan yang ia pahami adalah suatu sub-kebudayaan yang diwarisi dari generasi ke generasi. Ia membawakan pandangan lain bahwa kemiskinan bukan hanya masalah kelumpuhan ekonomi, disorganisasi, atau kelangkaan sumber daya.  Kemiskinan dalam beberapa hal bersifat positif karena memberikan jalan keluar bagi kaum miskin untuk mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya. Oscar lewis menyebut hal ini dengan Culture of Poverty, yang artinya adaptasi dan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan mereka dimana kebudayaan tersebut cenderung melanggengkan dirinya dari generasi ke generasi. Kebudayaan tersebut mencerminkan upaya mengatasi keputusasaan dari angan sukses di dalam kehidupan yang sesuai dengan nilai dan tujuan masyarakat yang lebih luas.
     Masyarakat yang mempunyai kebudayaan ini mayoritas berasal dari strata sosial paling rendah, sedang mengalami perubahan pesat dan telah terasing dari masyarakat. Culture of Poverty terwujud dalam masyarakat dalam kondisi di bawah ini :
1.      Sistem ekonomi uang, buruh upahan, dan sistem produksi untuk keuntungan.
2.      Tingkat pengangguran dan setengah pengangguran tinggi.
3.      Upah buruh rendah.
4.      Tak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisasi sosial, ekonomi, dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa pemerintah.
5.      Sistem keluarga bilateral lebih menonjol.
6.      Kuatnya seperangkat nilai pada kelas yang berkuasa yang berkuasa yang menekankan penumpukan harta dan adanya kemungkinan mobilitas vertikal dan sikap hemat, serta ada anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil ketidaksanggupan pribadi/memang pada dasarnya sudah rendah kedudukannya.
Ciri-ciri Culture of Poverty :
1.      Kurang efektifnya partisipasi dan integrasi kaum miskin ke dalam lembaga-lembaga utama masyarakat. Mereka sangat sensitif terhadap perbedaan status, tetapi  tidak memiliki kesadaran kelas.
2.      Di tingkat kominitas, banyak ditemui rumah-rumah bobrok, penuh sesak, dan bergerombol serta rendahnya tingkat organisasi di luar keluarga.
3.      Di tingkat keluarga, ditandai oleh masa kanak-kanak yang singkat dan kurang pengasuhan orang tua, cepat dewasa, kawin bersyarat, tingginya perpisahan ibu dan anak, kurangnya hak pribadi, dan solidaritas semu.
4.      Di tingkat individu, ditandai dengan kuatnya perasaan tak berharga, tak berdaya, ketergantungan, dan rendah diri.

C.      Feminisme
     Feminisme merupakan gerakan perempuan yang menuntut emansipasi / kesamaan dan keadilan hak pria dan wanita, yang mengacu pada teori kesataraan laki-laki dan perempuan serta gerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan.
     Feminisme berhubungan dengan rasisme dan gender. Sebagai contoh, dalam konteks rasisme, bangsa kulit putih tidak membedakan wanita dalam struktur sosial, misal Margareth Teacher. Lalu, dalam konteks gender, bangsa kulit hitam hampir mirip dengan orang Indonesia, yakni konsep feminisme orang Sunda, Minang, Madura, dan Bali. Dalam msyarakat Bali, yang bekerja keras adalah wanita karena wanita merasa bisa. Contohnya, wanita ke ladang dan laki-laki di rumah; ketika ada hajat, yang memasak dominan kaum laki-laki; dalam perekonomian, laki-laki yang menentukan. Bukan dengan bekerja, tetapi dengan sabung ayam atau kongkow-kongkow di gazebo-gazebo.
     Di samping ingin disanjung dan berhias, wanita juga menginginkan kedudukan dalam otoritas sektor kerja dan struktur sosial. Wanita ingin punya jabatan, misalnya Bu Megawati menjadi presiden sebagai perwakilan suara rakyat. Tetapi dia tidak memiliki kekuasaan selayaknya pemimpin negara, karena dia hanya menggantikan Gus Dur.

D.      Konsep Budaya Populer
     Budaya populer sama dengan budaya massa. Budaya populer identik dengan budaya mengkonsumsi barang instan atau impor. Budaya populer termodifikasi tidak autentik karena tidak dihasilkan oleh masyarakat, dan bersifat manipulatif karena tujuan utamanya adalah agar dibeli dan tidak memuaskan, karena selain mudah dikonsumsi iapun tidak mensyaratkan terlalu banyak kerja dan gagal memperkaya batin konsumennya.
     Dalam budaya populer ada saling keterkaitan antara ekonomi politik dan produksi kebudayaan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan kapitalis, dan terdapat pemisahan antara budaya tinggi dan budaya rendah. Selain itu, dalam kebudayaan populer terdaat produsen dan konsumen, dan di antara keduanya ada suatu mekanisme yang mengatur kebudayaan tersebut sampai menjadi budaya yang populer atau tenar, dan biasanya disemaikan pada sistem ekonomi, politik, dan sosial. Jika budaya tersebut sudah populer, maka konsumen menjadi korban.
     Karena politik, ekonomi, dan sosial budaya mempengaruhi budaya populer, masyarakat Indonesia masih lambat untuk mencapai budaya populer karena perekonomian Indonesia masih sangatlah rendah.  Jadi, masyarakat dalam kebudayaan populer tidak memiliki budaya dunia itu, tetapi hanya menjadi konsumen (masyarakat terhigemoni).
     Suatu bangsa mampu mencapai budaya tinggi apabila memiliki keragaman. Dalam “multiculture”, Indonesia-lah yang memprakarsai karena Indonesia merupakan bangsa terkaya dalam konteks multiculture. Pada jaman dahulu, Javanese culture sangat dominan di Indonesia, tetapi pada jaman sekarang tidak seperti itu. Dulu semua suku dijawakan, misal suku Batak, Minang, Papua, Sulawesi. Indonesia juga didominasi oleh budaya Islam. Akan tetapi jika dilihat dari kawasan Asia, bukanlah budaya Islam yang mendominasi, tetapi agama Hindu-Budha. Meskipun di Indonesia didominasi budaya Islam, kebiasaan atau dinamika Indonesia sangat jauh berbeda dengan orang Timur-Tengah.
E.       Globalisasi menurut Anthony Giddens
     Globalisasi adalah intensifikasi relasi sosial sedunia yang menghubungkan lokalitas yang saling berjauhan sedemikian rupa sehingga peristiwa yang terjadi pada jarak bermil-mil membentuk suatu peristiwa sosial. Bidang objek globalisasi mencakup sektor ekonomi, mobilitas jasa, politik, dan militer.
     Ciri penanda globalisasi :
1.      Sebagian besar sarana produksi dan distribusi dimiliki individu.
2.      Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas.
3.      Modal diinvestasikan ke berbagai usaha untuk mendapatkan laba.
Dampak globalisasi :
·         Dampak Positif :
1.      Memperoleh informasi dan penambahan ilmu pengetahuan.
2.      Jalinan komunikasi akan semakin mudah dan canggih.
3.      Mobilitas tinggi akan mempermudah perjalanan karena alat transportasi semakin canggih.
4.      Sikap kosmopolitan / toleransi antar individu meningkat.
5.      Perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya akan meningkatkan semangat menggali potensi diri.
6.      Pemenuhan kebutuhan semakin kompleks dan tidak terbatas.
·         Dampak Negatif :
1.      Masyarakat yang konsumtif.
2.      Segala informasi tidak tersaring mana yang baik mana yang buruk.
3.      Pemborosan dan erilaku menyimpang.
4.      Westernisasi.
5.      Sikap individualitas dan menutup diri.

F.       Postmodernisme
     Postmodernisme berangkat dari aliran postmo yang kajian peradabannya diambil dari kawasan Eropa. Postmodernisme meninggalkan konteks lama menuju kehidupan industrial atau menghilangkan batas ruang dan waktu.
     Ciri penanda postmodernisme tidak banyak berbeda dengan modernisme :
1.      Perubahan sistem ekonomi (kapitalis) dan kekuatan militer.
2.      Hilangnya sekat lokalitas (ruang dan waktu)
     Beberapa penanda hilangnya batas-batas kultural :
1.      Mencoba berubah dari sistem sosial budaya.
2.      Mobilitas tidak lagi pada peradaban civilization.
3.      Memiliki relasi tidak hanya dalam komunitas lokal dan lebih global.
     Kemudian penanda kehidupan industrial postmodernisme adalah penghasilan barang dan jasa secara massal. Dan ciri penanda modernisme adalah modernitas.


G.      Modernisme




Tidak ada komentar:

Posting Komentar