PERBANDINGAN FILM CLASH OF THE TITANS DENGAN
PERCY
JACKSON AND OLYMPIANS THE LIGTHNING THIEF
DALAM KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ulangan Akhir Semester
Mata Kuliah Sastra
Bandingan
Dosen Pengampu :
Drs.
Sukadaryanto, M.Hum
Oleh :
Ivanka Pramushinta
2601411003 / 2011
Rombel 01
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
FAKULTAS BAHASA DAN
SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan kreasi artistik yang terwujud dari
imajinasi nalar dan perasaan pengarang.Karya sastra yang dimaksudkan adalah
karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Contoh dari karya satra lisan
diantaranya : cerita rakyat, film, kidung, dan sebagainya, sedangkan contoh
karya sastra tulis adalah : cerkak, novel, babad, dan lain sebagainya.
Banyaknya karya sastra yang bermunculan, merupakan salah
satu penyebabkarya sastra menarik untuk diteliti dandibandingkan.Film merupakan
sebuah karya sastra yang sering muncul dan disenangi masyarakat.Dalam
penelitian ini, sebuah film dengan judul Clash
of The Titan yang disutradarai oleh Louis Leterrier akan
dibandingkan dengan film berjudul Percy
Jackson and Olympians The Ligthning Thief. Kedua film tersebut sangat
menarik untuk diteliti karena menceritakan tentang mitologi Yunani.
Menurut Sukadaryanto ( 2010 : 101), sastraperbandingan
adalahperbandingan antara dua karya sastra atau lebih dalam kurun waktu yang
berbeda atau dalam waktu yang bersamaan. Dalam memperbandingkan karya-karya
sastra ini adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam
karya sastra tersebut.
Pendekatan yang
tepat untuk menganalisis dan membandingkan kedua film tersebut adalah
Pendekatan Sosiologi Sastra yakni menganalisis karya sastra dari sosiologi
pengarang, sosiologi
karya sastra itu sendiri, dansosiologi sastra yang memasalahkan pembaca serta dampak
sosial karya sastra. Oleh karena itu, peneliti menganalisis Film Clash of The
Titans dengan film berjudul Percy
Jackson and Olympians The Ligthning Thief menggunakanPendekatan
Sosiologi Sastra.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan film Clash of The Titansdengan film Percy Jackson and Olympians The Ligthning
Thiefdalam kajian Sosiologi Sastra
?
1.3
Tujuan
Mengetahui perbandingan film Clash of The Titans dengan film Percy Jackson and Olympians The Ligthning
Thief dalam kajian Sosiologi Sastra
?
1.4
Manfaat
Melalui makalah ini pembaca dapat
mengetahui tentang teori sosiologi sastra dan dapat menggunakan pendekatan
tersebut dalam menganalisis dan membandingkan berbagai karya sastra.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
1.1
Kajian Pustaka
Berdasarkan pengamatanpeneliti, perbandingan film Clash of The Titans dengan film
Percy Jackson and Olympians The Ligthning
Thief belum pernah dijadikan
sebagai bahan penelitian.
1.2
Landasan Teoretis
1.2.1
Sastra Perbandingan
Sastra
perbandingan sebagai suatu disiplin ilmu sastra yang baru saja berkembang,
masih memerlukan perjalanan yang panjang untuk mencapai kedudukan sebagai ilmu
yang mantap.Perjalanan panjang itu masih harus ditempuh karena sampai sekarang
masih terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli menyikapi keberadaan
sastra perbandingan.Keadaan yang demikian ini sebenarnya sekaligus menunjukkan
kedinamisan perkembangan sastra perbandingan sebagai sebuah ilmu.
Istilah
sastra bandingan dalam praktiknya menyangkut bidang studi dan masalah lain.
Pertama kali istilah sastra bandingan dipakai untuk studi sastra lisan,
terutama cerita-cerita rakyat dan migrasinya, serta bagaimana dan kapan cerita
rakyat tersebut masuk ke dalam penulisan dunia sastra yang lebih artistik.
Meskipun studi sastra lisan mempunyai permasalahan tersendiri (yaitu masalah
penyebaran dan latar sosial), permasalahan dasarnya sebenarnya sama dengan
sastra tulis. Sehingga ada yang berpendapat bahwa sastra lisan bagian integral
dari sastra tulis dan kesinambungan sastra lisan dan sastra tulis tidak pernah
terputus.Dengan demikian, maka istilah sastra bandingan bukan istilah yang
dikhususkan untuk studi sastra lisan, tetapi juga menyangkut keberadaan sastra
tulis.
Kedua,
istilah sastra bandingan mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau
lebih.Pendekatan tersebut dipelopori oleh kelompok ilmuwan Perancis yang
disebut “comparatites”, dipimpin oleh Fernand Baldensperger.Pada kurun waktu
ini, yang nampak dalam studi bandingan yaitu permasalahan metodologinya lebih
sekedar mengumpulkan informasi tinjauan buku, terjemahan, dan pengaruh (Rene
Wellek dan Austin Warren).Perkembangan selanjutnya masih belum menampakkan
adanya kemapanan baik secara teoritis maupun metodologis.
Sastra
bandingan, sebagai sebuah disiplin ilmu atau kajian akademik, belum begitu lama
mendapat pengakuan dari para ilmuwan.Karena perkembangan yang masih pada tahao
permulaan inilah, sangat memungkinkan munculnya pengertian-pengertian dan
definisi tentang sastra bandingan yang berbeda-beda dari setiap ilmuwan
sastra.Munculnya pengertian-pengertian tersebut disertai dengan landasan acuan
yang berbeda pula.
Menurut
Henry H. Remark sastra bandingan adalah suatu studi sastra di luar perbatasan
suatu negara tertentu dan studi tentang hubungan-hubungan antara kesusastraan
di satu pihak dan bidang-bidang pengetahuan dna kepercayaan di pihak lain. Dari
pendapat ini memberikan indikasi bahwa studi sastra bandingan mempunyai cakupan
yang sangat luas yaitu, (1) perbandingan antara sastra dengan sastra yang lain,
(2) perbandingan antara sastra dengan bidang-bidang lainnya yang merupakan
hasil ekspresi manusia (Henry H Remark dalam Elly N Danardono, 1989).
Menurut
Sukadaryanto ( 2010 : 101), sastra
perbandingan adalah perbandingan antara dua karya sastra atau lebih
dalam kurun waktu yang berbeda atau dalam waktu yang bersamaan. Dalam
memperbandingkan karya-karya sastra ini adalah untuk mengetahui persamaan dan
perbedaan yang terdapat dalam karya sastra tersebut.
1.2.2
Sosiologi Sastra
Teori
yang digunakan dalam meneliti dan membandingkan film Clash of The Titans dengan
film Percy Jackson and Olympians
The Ligthning Thiefadalah Sosiologi Sastra.
Sosiologi
sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra yang masih mempertimbangkan
karya sastra dan segi-segi sosial Wellek dan Warren (1956: 84, 1990: 111)
membagi sosiologi sastra sebagai berikut :
1. Sosiologi
pengarang, profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalah yang berkaitan di
sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial status
pengarang, dan idiologi pengarang yang terlibat dari berbagai kegiatan
pengarang di luar karya sastra, karena setiap pengarang adalah warga
masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah
sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal
dan berasal. Dalam hal ini, informasi tentang latar belakang keluarga, atau
posisi ekonomi pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah
sosiologi pengarang (Wellek dan Warren,1990:112)
2. Sosiologi
karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok
penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi
tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra
sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial.(Wellek dan Warren,
1990:122).Beranggapan dengan berdasarkan pada penelitian Thomas Warton
(penyusun sejarah puisi Inggris yang pertama) bahwa sastra mempunyai kemampuan
merekam ciri-ciri zamannya.Bagi Warton dan para pengikutnya sastra adalah
gudang adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban.
3. Sosiologi
sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya sastra, pengarang
dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat; seni tidak hanya meniru kehidupan,
tetapi juga membentuknya. Banyak orang meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia
rekaan dan diterapkan dalam kehidupannya.
Klasifikasi
Wellek dan Warren sejalan dengan klasifikasi Ian Watt (dalam Damono, 1989: 3-4)
yang meliputi hal-hal berikut.
1.
Konteks sosial pengarang, dalam hal ini ada kaitannya dengan posisi
sosial sastrawan dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakat pembaca
termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya sastranya,
yang terutama harus diteliti yang berkaitan dengan : (a) bagaimana pengarang
mendapat mata pencahariannya, apakah ia mendapatkan dari pengayoman masyarakat
secara langsung, atau pekerjaan yang lainnya, (b) profesionalisme dalam
kepengaragannya, dan (c) masyarakat apa yang dituju oleh pengarang.
2.
Sastra sebagai cermin masyarakat, maksudnya seberapa jauh sastra
dapatdianggap carmin keadaan masyarakat. Pengertian “cermin” dalam hal ini
masih kabur, karena itu, banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan.
Dalam
bukunya A Glossary of Literature Term, Abrams menulis bahwa dari sosiologi
sastra ada tiga perhatian yang dapat dilakukan oleh kritikus atau peneliti
yaitu:
1. Peneliti
dengan lingkungan budaya tempat ia tinggal.
2. Karya, dengan
kondisi sosial yang direfleksikan di dalamnya.
3. Audien atau
pembaca (1981: 178).
Menurut Ratna (2003 : 2)
ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan
dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan
masyarakat, antara lain:
1.
Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek kemasyarakatannya.
2.
Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek kemasyarakatan
yang terkandung didalamnya.
3.
Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang
melatar belakanginya.
4.
Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra dengan
masyarakat.
5.
Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara sastra
dengan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa karya sastra memiliki hubungan erat dengan segi sosial
kemasyarakatan.Peristiwa-peristiwa, konflik batin maupun lahir dalam konteks
sosial pengarang ikut mempengaruhi terciptanya karya sastra.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1
Pendekatan
Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
pendekatan metodologis dan pendekatan teoritis.Pendekatan metodologis yang
digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.Pendekatan deskriptif digunakan
karena penelitian ini sebatas mendeskripsikan data.
Pendekatan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Pendekatan Sosiologi Sastra. Pendekatan dengan cara menganalisis
karya sastra dilihat dari sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra yang
memasalahkan karya sastra itu sendiri, dan sosiologi sastra yang memasalahkan
pembaca serta dampak sosial karya sastra. (Wellek dan Warren)
1.2
Data
dan Sumber Data
1.2.1
Data
Data yang
di kaji dalam penelitian ini adalah film beserta sinopsis dari Clash of The Titans dan Percy Jackson and Olympians The
Ligthning Thief.
1.2.2
Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini diambil dari film Clash
of The Titans dan film Percy
Jackson and Olympians The Ligthning Thiefyang sama-sama ditayangkan tahun 2010.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sinopsis
Film Clash of The Titans
Awalnya
bumi ini diciptakan oleh dewa yang bernama Titan.Dewa tersebut memiliki anak
yang terdiri atas Zeus, Poseidon dan Haden.Zeus memimpin daerah langit.Dan
dialah yang menciptakan manusia.Poseidon memimpin daerah laut dan Haden
memimpin daerah bawah yang penuh dengan penderitaan.Satu lagi dikarenakan Zeus
pernah menipu Haden untuk menciptakan hewan yang tidak ada tandingannya.Maka
terciptalah Kraken, yaitu anak Haden dari dagingnya sendiri.Alasannya Zeus
menciptakan manusia.dikarenakan mereka para dewa memerlukan do'a manusia untuk
kelangsungan hidup mereka. (Seperti energinya para dewa).
Disinilah kemudian lahirnya anak yang bernama Perseus.Perseus lahir dari
perselingkuhan Zeus dengan istri raja Acrisius. Oleh sebab itu dia yang akan
membuat perubahan pada tirani dewa. Maksudnya agar manusia tidak selalu tunduk
dan patuh pada dewa.Sehingga banyak para manusia yang berontak kepada
dewa.dengan cara menghancurkan patung Zeus. Sehingga Zeus pun marah dan
menyuruh Haden untuk membantunya mengingatkan manusia. Akhirnya Haden pun
mendatangi kerajaan Argos dan memberikan ancaman untuk mengorbakan sang putri
pada saat gerhana tiba. Jika tidak maka Kraken akan dilepaskan dan Argos pun
akan dimusnahkan.
Tumbuh
dewasa, Perseus (Sam Wothington) kini banyak membantu keluarganya dan mengikuti
jejak Spyros sebagai seorang nelayan.Sayang, kebahagiaan keluarga Spyro tak
berlangsung lama ketika mereka semua mati terbunuh akibat amukan Hades yang
menyerang pasukan Agros yang sedang menyatakan perlawanan mereka terhadap para
dewa dengan meruntuhkan patung Zeus.Sendiri, Perseus akhirnya diselamatkan oleh
pasukan Agros dan membawa dirinya ke kerajaan tersebut.
Hades yang marah mengancam akan menghancurkan Argos saat gerhana
matahari, kecuali putri mereka dikorbankan untuk Kraken, monster ciptaan Hades
yang tinggal di dasar laut terdalam. Dan upaya Perseus mencegah hancurnya
kerajaan Argos itulah yang kemudian menjadi inti film ini. Dalam perjalanan
mencari cara mengalahkan Kraken, Perseus dan pasukan Argos menghadapi banyak
tantangan. Termasuk saat di padang pasir ia bertemu Scorpioch -sejenis monster
kalajengking raksasa- yang kemudian justru mempertemukan mereka dengan bangsa
Jinn yang membantu mereka. Bangsa Jinn juga sudah jengah dengan kekuasaan para
dewa dan berniat membantu manusia melawannya. Untuk mengetahui cara mengalahkan
Kraken, mereka harus menemui para peri Styga. Dari para peri inilah kemudian
diketahui jawaban bahwa hanya ada satu cara mengalahkan Kraken, yaitu
mempertemukan Medusa dengannya. Karena monster wanita yang tinggal di dunia
bawah ini memiliki satu senjata mematikan: siapa pun yang melihatnya akan
menjadi batu.
Karena mustahil meminta Medusa bekerja sama, maka satu-satunya cara
adalah dengan memenggal kepalanya dari badannya dan membawanya ke Argos. Karena
merupakan makhluk hasil kutukan dewa -Medusa awalnya cantik, kecantikannya
bahkan menggoda Poseidon. Namun kemudian ia dikutuk agar tak ada lagi pria yang
menyukainya dan menjadi monster-, maka meski kepalanya dipenggal, namun kepala
itu tidak mati. Matanya masih mampu menyihir siapa pun yang melihatnya.
Dalam perjalanannya, selain ditemani pasukan Argos, Perseus juga ditemani
oleh Io.Ia merupakan semacam dewi pelindung bagi Perseus. Ia pun mendapat
bantuan dari dewa berupa pedang surgawi dan Pegasus, raja dari bangsa kuda
bersayap. Bantuan ini semula ditolaknya, namun terpaksa digunakannya saat
mereka diserang oleh Acrisius yang telah menjadi monster Calibos dan diperalat
Hades.
Di tengah waktu yang memburu, gerhana matahari telah tiba dan Kraken
keburu dilepaskan.Andromeda yang dilindungi di istana diculik oleh warga
dipimpin seorang pendeta, hendak dikorbankan untuk meredakan amarah Kraken
sesuai permintaan Hades. Namun dengan menumpang Pegasus, akhirnya Perseus
berhasil menyelamatkan Argos dengan mengalahkan Kraken, meski seluruh anggota
rombongannya tewas.
4.2 Sinopsis
Film Percy Jackson and Olympians The
Ligthning Thief
Percy Jackson (Logan
Lerman) adalah seorang anak biasa yang tinggal di kota New York. Percy
seringkali merasa rendah diri akibat diseleksia (kesulitan untuk membaca) yang
ia derita. Semenjak kecil sendiri, Percy tidak mengenal siapa ayahnya.Ia
tinggal dengan ibunya, Sally Jackson (Catherine Keener), yang sekarang sedang
berhubungan dengan seorang pria, Gabe Ugliano (Joe Pantoliano), yang sangat
dibenci Percy.
Ketika sedang mengadakan
sebuah kunjungan ke museum bersama teman-teman sekelasnya, Percy diserang oleh
gurunya yang tiba-tibanya berubah menjadi sebuah monster dan meminta Percy
untuk mengembalikan tongkat petir milik dewa Zeus (Sean Bean) kepada dirinya.
Beruntung, ia diselamatkan oleh Mr Brunner (Pierce Brosnan) dan sahabatnya,
Grover (Brandon T Jackson). Berdua, mereka akhirnya menjelaskan bahwa Percy
adalah seorang demigod, manusia setengah dewa, hasil hubungan dewa
Yunani dengan makhluk Bumi, dimana untuk kasus Percy sendiri ia adalah hasil
hubungan ibunya dengan dewa Poseidon (Kevin McKidd).
Percy sendiri saat ini
sedang dikejar-kejar oleh warga Olympia (penghuni kerajaan dewa Yunani) yang
mengira bahwa Percy mencuri tongkat petir milik Zeus dan ingin memiliki tongkat
tersebut, termasuk dewa Hades (Steve Hoogan), yang menahan ibu Percy agar ia
dapat menukarkannya dengan tongkat petir tersebut.
Untuk mengamankannya, Mr
Brunner (yang akhirnya membuka identitas aslinya sebagai Chiron, manusia
setengah kuda) dan Grover (yang identitas aslinya adalah seorang satyr,
manusia setengah kambing), akhirnya membawa Percy ke sebuah tempat pelatihan
para kaum demigod yang disebut Camp Half-Blood. Disini, Percy mengenal
Annabeth Chase (Alexandra Daddario), putri dewi Athena, yang nantinya bersama
Grover akan menemani Percy berpetualang melawan Medusa (Uma Thurman) dan
menghadapi Hades untuk mendapatkan kembali ibunya sekaligus berusaha menemui Zeus
dan menceritakan hal yang sebenarnya telah terjadi.
Percy Jackson, awalnya tidak mengetahui bahwa dirinya
adalah putra Poseidon sang dewa lautan. Dia menjadi semakin terkejut manakala
mengetahui ada ratusan manusia setengah dewa seperti dirinya yang ada di dunia
ini.Sebagian besar manusia setengah dewa (hasil percampuran antara dewa dan
manusia) tinggal dan berlatih di The Kamp.Sebagai pihak yang dipojokkan karena
dituduh mencuri pedang halilintar, Percy bersama kedua rekannya berupaya
menemukan pedang itu sekaligus menyelamatkan ibunya yang ditawan oleh Hades di
alam roh. Petualangan yang menegangkan dengan bertempur melawan berbagai
makhluk aneh, termasuk ke sarang Hydra, sang monster wanita berkepala ular yang
akan menjadikan orang yang melihatnya menjadi batu. Akhirnya ketiganya berhasil
masuk dan menyelamatkan ibu Percy dari tawanan Hades di alam roh.Di akhir film
diketahui bahwa orang yang mencuri pedang Halilintar milik Zeus adalah Luke,
sahabat Percy di The Kamp tepat sebelum pasukan Zeus dan pasukan Poseidon
saling menyerang.
4.3 PerbandinganFilm
Clash of The Titans dengan Film Percy Jackson and Olympians The Ligthning
ThiefDalam Kajian Sosiologi Sastra
4.3.1 Sosiologi
Pengarang
Clash of The Titans
Pengkajian sastra dapat memahami dan menelaah karya
sastra dari sosiologi pengarangnya. Pengarang yang dimaksud yakni sutradara
film Clash of The Titans bernama Louis Leterrier. Beliau lahir di Paris pada
tanggal 17 Juni 1973. Ayah beliau yang juga berprofesi sebagai pembuat film
sedangkan ibunya seorang desainer baju. Louis Leterrier sempat memenangkan
beberapa pengahargaan sebelum pindah ke Amerika
Serikatuntuk belajarpembuatan filmdiNewYork University. Pekerjaan
pertamanya di dunia film yakni sebagai asisten produser pada tahun
1997.Kemudian beliau kembali ke Prancis.Disana beliau diposisikan sebagai
asisten Luc Besson pada tahun 1999. Setelah mendapatkan pekerjaan sebagai
asisten direktur Mission Cleopatre (2002) dan
L’idole (2002), dia kembali ke New York. Di sana beliau menjadi direktur
artistic di The Transporter (2002). Hingga kemudian membuatdebut sutradarafiturnya
dengan Unleashed (2005), gambar action yang dibintangi Jet Li, sebelum mengambilalih
sebagaidirektursekuelThe Transporter. Kemudian, ia mengarahkanblockbusterThe Incredible Hulk (2008), dan akhirnya
menyutradarai film Clash of The Titans
(2010).
Percy Jackson and Olympians The Ligthning
Thief
Film ini disutradarai oleh Chris
Colombus, yang sebelumnya populer dengan film-film komedi keluarga semacam Home Alone, Nine
Months dan Jingle All The Way.Christopher
"Chris" Columbus
(lahir 10 September1958; umur 55
tahun) adalah sutradara, produser dan seorang peneliti naskah yang berasal dari
Amerika Serikat. Columbus tinggal di San Fransisco. Ia lahir di Spangler, Pennsylvania dan dibesarkan di
Youngstown, Ohio, putra dari Irene, seorang pekerja perusahaan pembuat barang dari
aluminium dan penambang batu bara. Columbus merupakan blasteran Itali dan
Cekoslowakia. Ia menikahi Monica Devereux pada tahun 1983, dan mendapatkan
empat orang anak.
Putri dari Columbus, Eleanor, memerankan karakter
Susan Bones di dua film Harry Potter yang ia sutradarai, membuat ia menjadi salah satu dari dua actor Amerika
yang bermain sebagai siswa di Hogwarts. Ia juga muncul di Home Alone dan berperang menjadi cameo bersama ayahnya di Home Alone 2: Lost in New York.Violet Columbus menyanyikan lagu di awal
film I Love You, Beth Cooper. Sedangkan istrinya, Monica Devereux
muncul di Home Alone
sebagai salah satu dari pramugari dan di Home Alone 2 sebagai operator telefon.
Dari
uraian kedua sosiologi pengarang atau sutradara dari film Clash of The Titans dan Percy
Jackson and Olympians The Ligthning Thief di atas, dapat diketahui bahwa
kedua sutradara tersebut sama-sama berasal dari Amerika Serikat.Latar belakang
pengalaman dalam pembuatan film berpengaruh pada film yang dihasilkan.Walaupun selisih usia yang cukup jauh di antara
keduanya, tidak menyebabkan kedua film memiliki kualitas yang berbeda. Kedua
sutradara tersebut sama-sama sangat berpengalaman dalam perfilman.
4.3.2 Sosiologi Karya Sastra
Clash
of The Titans
Film
ini diangkat dari legenda Yunani, tentang petualangan Perseus anak Dewa
Zeus yang dibesarkan di desa nelayan
menjalankan misi memenggal kepala Medusa sebelum jatuh hari ke-30. Jika
melewati batas hari, maka putri Andromeda dari kerajaan Argos harus
dipersembahkan kepada monster laut bernama Kraken.
Jika
di pandang dari karya sastranya sendiri, ada dua tokoh yang menonjol dalam
cerita yakni Perseus dan Medusa.Perseus yakni manusia setengah dewa yang dalam
hidupnya selalu diikuti oleh Io.Walaupun tokoh utamanya Perseus, namun Medusa
juga tak kalah menariknya.Konon Medusa wanita cantik sebelum dikutuk dewa
menjadi gadis berambut sekaligus berbadan ular. Siapapun yang memandang mata Medusa
akan berubah menjadi batu. Ini adalah subyek menantang jika diterjemahkan dalam
ilustrasi gambar.Salah satu pembelajaran dari dongeng adalah mengajarkan untuk
panjang akal dalam menjalani hidup. Meskipun tokoh utama kalah kuat atau kalah
besar dari lawan, akan tetapi berhasil menang berkat kecerdikan.
Perseus
sebagai makhluk sosial harus bekerjasama dengan orang lain untuk menjalankan
misi memotong kepala Medusa sebelum gerhana matahari muncul, sebagai tanda
putri Andromeda harus dipersembahkan kepada Kraken.
Makna lain yang bisa dipetik adalah tentang menggunakan strategi menghajar lawan tanpa menggunakan tangan sendiri.
Makna lain yang bisa dipetik adalah tentang menggunakan strategi menghajar lawan tanpa menggunakan tangan sendiri.
Sebagai latar belakang, dahulu langit dikuasai oleh
Titan yang memiliki tiga putra yaitu Zeus, Poseidon dan Hades.Ketiga kakak beradik
ini berkonspirasi menggulingkan orangtuanya sendiri dimana Zeus memanfaatkan
Hades untuk menyingkirkan Titan, sekaligus menelikung dan membuang Hades ke
dunia bawah.
Siapa menanam dia akan menuai. Bak nasehat anak durhaka
menggulingkan orangtua sendiri bakal kena karmanya, maka Zeus pun diincar
dendam sang adik (Hades), penolakan pengakuan dari sang anak, dan kembali Zeus
harus menyingkirkan musuh tanpa menggunakan kekuatan sendiri. Perseus adalah
‘senjata’ sang ayah untuk menyingkirkan Hades.
Percy Jackson and Olympians The Ligthning
Thief
The Lightning Thief merupakan seri pertama dari
petualangan Percy Jackson.Film ini diangkat dari legenda Yunani, tentang
petualangan Percy
jelmaan Perseus anak dewa Yunani.Tiga pemeran utama film ini diperankan oleh tiga orang aktor dan aktris
yang belum membuming.Film ini kurang memberikan treatment lebih pada
sisi-sisi teknis yang seharusnya ada pada film-film bergenre fantasi
petualangan.Ini dapat dilihat dari special effect dan tata suara yang
terkesan sangat pas-pasan.Tiga pemeran utama film ini sebenarnya tidak terlalu
buruk, namun tetap saja belum memberikan penampilan mereka yang terbaik.Sebagai
awal dari sebuah perjalanan, The Lightning Thief sepertinya dianggap
sebagai sebuah ‘versi Amerika Serikat’ dari film petualangan.
Perbandingan kedua film tersebut
jika dipandang dari sosiologi karya satra itu sendiri, maka ditemukan banyak
kesamaannya. Antara lain :kedua film tersebut berkisah tentang mitologi
Yunani dan memiliki tokoh utama manusia setengah dewa, yang mana sampai
sekarang masih menjadi kepercayaan masyarakat terutama di Roma Italia. Di film Clash of The Titans menggunakan setting
yang benar-benar terjadi pada jaman Yunani, sehingga berhasil memberi gambaran
yang nyata terhadap sedangkan Percy
Jackson menampilkan dengan hal yang baru yakni berani menggunakan setting kehidupan
modern.
4.3.3 Sosiologi Pembaca (audien)
Clash of The Titans
Audien menjadi salah persepsi tentang Medusa (manusia
berambut ular), yakni konon Medusa pada awalnya adalah seorang perawan cantik
sekaligus pendeta di kuil milik Athena. Suatu ketika ia diperkosa oleh Poseidon
dalam kuil tersebut, Athena marah dan ia mengutuh Medusa berubah menjadi ular.
Namun, di dalam film justru dikisahkan bahwa Medusalah yang meminta Athena agar
dia dikutuk menjadi manusia ular agar Poseidon tidak mengganggunya lagi.
Audien dapat terpengaruh oleh
berbagai karakter tokoh yang dimunculkan dalam film Clash of The Titans. Perseus
yang memiliki jiwa kepahlawanan tinggi dapat mempengaruhi audien untuk berbuat
baik seperti itu. Adapun audien yang mudah terpengaruh oleh petualangan magic yang terdapat dalam film tersebut
adalah audien anak-anak. Audien ( anak-anak ) meniru style dan apapun yang ada di dalamnya, mereka terapkan saat bermain
dengan teman sebayanya.
Percy
Jackson and Olympians The Ligthning Thief
Film
ini menambah pengetahuan pemirsa tentang adanya mitos dewa-dewa Yunani.Dengan
adanya pemunculan tokoh hero, secara tidak langsung film ini mengajarkan
tentang sikap kepahlawanan yang pantas ditiru oleh audien. Petualangan magic yang mendominasi film tersebut
sangat mempengaruhi pola pikir audien terutama anak-anak dalam kesehariannya.
Perbandingansosiologi
pembaca/audien di atas, dapat diketahui bahwa persamaan kedua film tersebut
membawa pengaruh positif bagi audien. Clash
of The Titans maupun Percy Jackson
and Olympians The Ligthning Thief didominasi oleh aksi magic yang dapat
mempengaruhi pola pikir dan perilaku audien (anak-anak). Perbedaannya film Clash of The Titans berdurasi lebih lama
dan banyak scene yang seharusnya
tidak perlu di tampilkan membuat audien agak bingung pada ceritanya, sedangkan Percy Jackson sangat mudah dipahami oleh
audien karena alurnya maju dan diceritakan sangat jelas.
Dari ketiga uraian di
atas yakni perbandingan film dari sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra,
dan sosiologi pembaca (audien), dapat diketahui bahwa persamaan banyak
ditemukan pada sosiologi karya sastra, sedangkan perbedaan terdapat pada
sosiologi pengarang karena memang disutradarai oleh dua orang yang berbeda.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.1
Simpulan
Sastra
perbandingan merupakan perbandingan anatara dua karya sastra atau lebih
dalam kurun waktu yang berbeda atau dalam waktu yang bersamaan dengan tujuan
untuk mengetahui persamaan dan perbedaan karya sastra tersebut. Di dalam
makalah ini, membandingkan antara film Clash of The Titans dan Percy Jackson and Olympians The Ligthning
Thief dengan menggunakan Teori Sosiologi Sastra karena teri tersebut lebih
memperoleh tempat dalam penelitian sastra karena sumber-sumber yang dijadikan
acuan mencari keterkaitan antara permasalahan dalam karya sastra dengan
permasalahan dengan masyarakat lebih mudah diperoleh.
Perbandingan
antara Clash of The Titans dan Percy Jackson and Olympians The Ligthning
Thief dalam kajian Sosiologi Sastra yakni membandingkan karya sastra dari
sosiologi pengarang, sosiologi
karya sastra itu sendiri, dan sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca (audien).
Dapat disimpulkan bahwa kedua film tersebut mempunyai
persamaan pada sosiologi karya sastra, sedangkan perbedaan
terdapat pada sosiologi pengarang karena memang disutradarai oleh dua orang
yang berbeda.Persamaannya
yakni di
angkat dari kisah mitologi Yunani.Keduanya memiliki banyak pesan diantaranya
sebagai makhluk sosial harus bekerjasama dengan orang lain, siapa yang menanam
akan menuai. Makna lain yang bisa dipetik adalah tentang menggunakan strategi
menghajar lawan tanpa menggunakan tangan sendiri. Dari pesan-pesan tersebut
maka dari sosiologi pembaca (audien)terutama anak-anak sangat berpotensi untuk
meniru karakter yang ditampilkan dalam film, dan sebagian audien semakin
meyakini keberadaan Dewa Yunani.
1.2
Saran
Peneliti
menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M. H. 2009. A Glossary of Literary Terms.Canada : PreMedia Global.
Damono, Sapardi Djoko. 1989.Karya dan Dunianya. Jakarta : Grasindo
Ratna, Nyoman Khuta. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sukadaryanto. 2010. Sastra Perbandingan. Semarang : Griya Jawi.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan.
Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Penerbit Gramedia.